SULTRA.KABARDAERAH.COM – Rombongan Delegasi Republik Seychelles melakukan kunjungan kerja (Kunker) di Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara (Sultra), Minggu (10/4/2022).
Dalam kunjungan itu, delegasi Seychelles didampingi langsung oleh Bupati Wakatobi Haliana, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Nadar, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Mulyanto, para Camat dan sejumlah kepala desa.
Lawatan delegasi Republik Seychelles untuk mendalami potensi dan peluang yang dimiliki Wakatobi. Juga tindak lanjut Letter of Intent dengan Republik Seychelles, sebagaimana diberitakan sebelumnya bahwa akan melakukan survei di daerah seyempat, guna merealisasikan kerja sama investasi di Wakatobi meliputi sektor perikanan, pariwisata, pengembangan energi baru terbaharukan dan pengembangan produk kreatif serta berbagai sektor lainnya. Sekaligus mengunjungi processing ikan tuna, meninjau tangkahan ikan dan gurita, meninjau keramba ikan Kerapu dan Sunu di desa Mola. Kemudian meninjau lokasi udang Vaname dan Sentra Bisnis Perikanan Terpadu (SBPT) Numana, serta meninjau lokasi budidaya rumput laut di desa Liya.
Investor Perikanan Indonesia Sudiarto mengatakan, potensi rumput laut di semua kepulauan yang banyak lautnya adalah komoditas unggulan, yang kalau dikerjakan secara profesional pasti banyak memberi manfaat.
“Seperti yang kita tahu sekarang, rumput laut kering yang kadar airnya biasanya 35 persen, gak ada ceritanya main asal kering aja. Hanya batas harganya sekarang kurang lebih Rp30ribu, itu kadar air 35 persen. Dengan harga itu kan sebenarnya bagus, artinya modalnya cuma bentangkan tali saja di awal lalu tinggal bibit, pasang itupun 45 hari. Hanya kadangkala petani nggak sempat nunggu 45 hari, belum lagi kena ice-ice kan, tiga atau tujuh hari aja cemplung kalau udah muncul bercak udah langsung diangkat,” katanya di desa Liya.
Intinya rumput laut itu, kata dia, penanamannya lebih kurang atau secara teori dikatakan 45 hari. Menurutnya itu lebih dari pada perkebunan di darat, harganya pun tidak kalah dengan jagung.
“Mungkin pak Bupati boleh canangkan ini sebagai program prioritas. Tapi kalau ini kan sedikit berupaya memberi kehidupan yang sangat layak. Harganya kalau sudah tembus sampai Rp30 ribu itu sudah sangat bagus sekali. 30 hari loh, 45 hari selesai penanaman. Yang tadinya misal cuma 100gram menjadi sekilo, 7-10 kali lipat kan luar biasa,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, jika Bupati berkenan, pihaknya akan mencoba mengembangkan rumput laut di Wakatobi. Kalau sudah cukup besar rumput laut di Wakatobi bisa akan dibuat hingga bahan setengah jadi berupa tepung.
Kualitas rumput laut di Wakatobi menurutnya cukup bagus, itu memberikan nilai tambah yang lebih. Dan untuk melakukan budidaya rumput laut harus ada kebun bibit.
Jadi masyarakat itu terimanya bibit yang sudah jadi. Kalau kita kerja nanti, akan kita buat kebun bibitnya. Soal harga nanti sama-sama kita berhitung, misal jual kering 35 persen berapa hari dan harga berapa, kalau basah berapa. Kan tinggal di konversi saja sehingga masyarakat tidak perlu susah menjemur,” ucapnya.
Kalau mau profesional, lanjut dia, itu harus dibeli basah, karena masyarakat yang menjemur itu biasanya tak tentu. Banyak sekali masyarakat yang belum bermain di wilayah standart Quality (Kualitas Standar). Hal itu dimaklumi, karena pengepul yang membeli, kendati pengepul hanya dengan memegang sudah bisa menentukan harga, belum lagi dengan potongan-potongan lainnya.
“Yang fear sebenarnya gampang, ngomong ke petani dengan benar, everybody happy dengan menerapkan Quality Minded. Potensi Wakatobi sangat besar, tinggal kita profesionalnya sampai kemana. Terkagum- kagum saya melihat Wakatobi, banyak pulau otomatis banyak laut.
Ia berharap kepada Pemda agar membangun semangat. Bupati berperan penting sebagai katalisator sebagai orang yang bertanggung jawab untuk membangun daerah. Dengan kualitas standar yang diperhatikan, masyarakat akan mulai sedikit banyak belajar tentu dengan harga yang mulai lebih baik.
“Karena persaingan kualitas sudah ketat, di Amerika juga sudah ketat harganya. Jadi kita ngomong apa, yang datang apa. Selanjutnya adalah ketersediaan barang, bertempurnya sudah disana sama service. Kalau kita ngomong kualitas A dan yang datang B atau C, langsung pesaingnya muncul dan kita tenggelam. Otomatis petani harus diberi edukasi yang bagus dari segi kualitas untuk harga yang bagus,” paparnya.
Dengan demikian, ia menambahkan, rumah penduduk setempat dan kesejahteraannya perlahan akan lebih bagus dan lebih layak karena menerapkan Quality minded. “Jadi mereka juga akan melihat kualitas hidupnya,” pungkasnya. (Cw1)
Discussion about this post