SULTRA.KABARDAERAH.COM – Kader tim penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) tingkat Kabupaten Wakatobi dilatih public speaking, tata rias dan berbusana.
Mereka dilatih oleh dua akademisi asal Sulawesi Tenggara (Sultra) yakni dosen Fakultas Seni Budaya program studi sastra Prancis Universitas Haluoleo (UHO) Kendari Halijah Koso dan pengajar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Kendari sekaligus pelaku bisnis fashion, Rahma Wati Nusi.
Dosen Fakultas Seni Budaya program studi sastra Prancis UHO Kendari Halijah Koso mengatakan, selain ibu-ibu tim Penggerak PKK, acara itu diikuti juga oleh ibu-ibu Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Public speaking tersebut sangat penting bagi ibu-ibu yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, lingkungan keluarga, sekolah, instansi pemerintah maupun swasta.
“Karena memang public speaking itu bisa memberikan dampak positif bagi audiens dari kalangan mana saja. Kita melihat ibu-ibu ini sangat antusias dan sangat positif menyambut acara ini. Karena kita bisa sharing dan berbagi berbagai hal untuk public speaking,” ujarnya di aula Pesanggrahan Budaya, Kecamatan Wangiwangi Selatan (Wangsel), Rabu (31/5/2023).
Menurutnya, ada yang sudah berpengalaman dengan public speaking, ada juga yang baru belajar. Sehingga yang baru belajar ditekankan untuk mengasah diri, melatih diri dan membangun kepercayaan diri.
“Public speaking ini tidak mudah dilakukan jika memang tidak ada persiapan yang matang. Khususnya lagi penguasaan materi dan membangun kepercayaan diri karena jika pemateri atau pembicara itu sudah tidak yakin dengan dirinya maka akan kesulitan juga menyakinkan audiensnya,” paparnya.
Narasumber dari SMK Negeri 4 Kendari
Rahma Wati Nusi mengungkapkan, kegiatan kader PKK Wakatobi itu, erat hubungannya dengan promosi daerah, terutama dengan tenun. Melalui pembelajaran tata busana sekaligus untuk mempromosikan semua hasil tenun khas Wakatobi.
Pemilik brand RN Kendari itu melanjutkan, apalagi sudah ada beberapa tenun Wakatobi telah yang memiliki sertifikat Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Yang mesti didorong ibu-ibu PKK terutamanya bagaimana caranya dunia luar bisa mengetahui apa saja yang belum orang banyak ketahui tentang motif-motif daerah.
“Karena ternyata banyak dan cantik-cantik motif yang ada di sini, ciri khas dari Wakatobi. Jadi selain memberikan informasi pengetahuan kepada ibu-ibu bagaimana cara berbusana yang baik, dengan berbusana yang tepat akan membuka link (jejaring) pergaulan yang semakin baik dan meluas,” tuturnya.
“Terutama motif-motif tenun yang belum diketahui oleh masyarakat luar. Itu juga sangat berpengaruh pada masyarakat penenun, karena itu membantu pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dari sisi pemberdayaan dan ekonominya,” lanjutnya.
Desainer pakaian tenun khas Sultra itu juga menjelaskan, ke depan di daerah bisa melakukan Bimbingan Teknis (Bimtek) bagi ibu-ibu, bukan hanya berpakaian dengan baik namun mendesain sendiri kostumnya sesuai dengan keinginan dan karakter.
Ia menambahkan, otomatis dengan berpakaian yang bagus, sekali jalan sekaligus juga misi untuk mengangkat budaya daerah. Yang menarik dan berpotensi untuk diangkat adalah tenun daerahnya.
“Harapan kami, ibu-ibu yang ada di PKN kabupaten Wakatobi mempunyai informasi pengetahuan dan menambah wawasan, tata cara berbusana yang baik. Sudah bisa memilih busana sesuai dengan kondisi. Sementara manfaatnya untuk daerah bahwa potensi tenun daerah bisa terangkat keluar,” pungkasnya. (*)
Discussion about this post