SULTRA.KABARDAERAH.COM – Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra) menggelar forum diskusi membangun jejaring pemasaran untuk keberlanjutan usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Wakatobi.
Dalam diskusi ini, hadir perwakilan Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI), Non Goverment Organization (NGO) dan stakeholder, melibatkan Direktur Logistik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) republik(RI), Innes Rahmania, Bea Cukai Sultra, termasuk pihak PT. Rahanat Bahari Buyer Baubau.
Bupati Wakatobi, Haliana, menuturkan diskusi tersebut bertujuan untuk mengupayakan supaya ekspor rumput laut bisa langsung dari Wakatobi. Terkait jejaring pemasaran, harapan ARLI ke Wakatobi adalah untuk membahas dengan Bea Cukai terkait aturan-aturan ekspor (klinik ekspor).
“Kita mengupayakan bisa mengekspor dari sini, dan bagaimana kita bisa menemukan kepastian harga. Karena memang di petani, salah satu yang selalu dipertanyakan adalah kepastian harga, atau jangan terjadi fluktuasi yang terlalu tinggi,” ujar Haliana, Sabtu (27/11/2021).
Sementara itu, Kepala Seksi Perbendaharaan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Kendari, Sardiyanto, mengungkapkan bahwa terkait dengan rencana ekspor apapun itu, termasuk rumput laut Wakatobi, pemerintah akan antusias sekali melakukan pendampingan untuk memberikan kemudahan dan semua fasilitas. Termasuk pengurusan dokumen, perizinan dan sebagainya.
“Yang pasti kami sangat mengharapkan dan mendukung sekali. Setiap hari kami mengharapkan ada ekspor dari Wakatobi, supaya nama Wakatobi ikut terdongkrak dan muncul di nasional maupun internasional. Kami juga mengharapkan, agar Pemda melakukan pendampingan kepada para petani rumput laut,” harapnya.
Menurutnya, produktivitas para petani sampai saat ini secara kuantitas belum mencukupi untuk di ekspor. Karena ekspor harus ada kuota, continue (Berkelanjutan) .
“Kadang-kadang pas waktu panen banyak disini, pas nggak panen sedikit, atau pas gagal panen akhirnya tidak bisa mencukupi untuk kuantitasnya,” terangnya.
Sebenarnya, kata dia, berapapun banyaknya pengiriman bisa dilakukan. Hanya saja, nanti akan berkolerasi pada biaya logistik angkutannya. Kalau barangnya sedikit dan angkutannya juga sama, biayanya akan rugi di para petani.
Petani, menurutnya adalah pahlawan penghasil devisa kalau sampai ekspor rumput laut. Tengkulak dan pemerintah hanya supporting saja.
“Kami bea cukai secara full tim dari kepala kantor sampai teman-teman sangat mendukung, bahkan semuanya mendukung 100 persen. Kalau dari kami, supporting yang terkait dengan dokumen ekspor, perizinan ekspor, bila perlu nanti perizinan ke karantina bisa kami lakukan, bisa kami menjembatani, bisa kami melakukan diskusi bersama. Karena kami memiliki klinik ekspor,” jelasnya.
Ia menjelaskan, klinik atau forum itu sudah mengantongi SK Gubernur Sultra, yang fokus tujuan utamanya memang untuk menggenjot ekspor.
“Di situ ada bea cukai, Kepala dinas industri dan perdagangan, ada karantina, imigrasi, kepala dinas pertanian dan sebagainya. Kalau sudah ada niatan ke ekspor, nanti ke klinik ekspor, Insya Allah lancar,” paparnya. (cw1)
Discussion about this post