Event itu memiliki makna sebagai momentum kebangkitan, yang membawa harapan baru bagi masyarakat Wakatobi.
Penyelenggaraan expo diyakini membawa manfaat yang sangat positif. Tidak saja sebagai media yang efektif mempertemukan antara penjual dan pembeli, yang berimplikasi kepada perputaran ekonomi lokal. Tetapi juga menjadi ajang benchmarking berbagi informasi, ide, gagasan, pengalaman dan penjajakan kemitraan antara berbagai stakeholder untuk melihat peluang bisnis yang lebih prospektif ke depan.
Era pemerintahan Bupati dan Wakil Bupati Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra) Haliana dan Ilmiati Daud menaruh harapan besar ke depan, bahwa pengembangan industri kreatif di daerah dapat tumbuh lebih kompetitif.
Dalam skema kebijakan daerah, Haliana dan Ilmiati Daud telah menegaskan program One Island One School (ONIONS) sebagai salah satu dari lima program unggulannya pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2021-2026.
Dengan demikian, komitmen untuk mengarusutamakan pengembangan industri kreatif, akan mengambil bagian penting dalam konteks kebijakan daerah ke depan.
Bupati Wakatobi, Haliana, menuturkan kondisi pandemi membawa hikmah sekaligus tantangan baru, untuk memperkuat daya saing produk pariwisata dan industri kreatif di Kabupaten Wakatobi ke depan. Memerlukan strategi baru yang lebih adaptif dan inovatif serta tanggap memanfaatkan ruang kemitraan dan kolaborasi untuk memperluas networking.
Menjadi keniscayaan di masa depan, bahwa persaingan dalam pemanfaatan aplikasi teknologi informasi atau teknologi digital akan menjadi lebih dominan dan menjadi penentu dalam memenangkan kompetisi.
“Kita sangat menghargai atas inisiatif pelaksanaan kegiatan expo tahun ini yang mengambil tema Expo UMKM, Industri Kreatif dan Ekonomi Digital. Kita berharap, bahwa di setiap pulau minimal kita akan memiliki creative hub, atau inkubator bisnis yang akan mencetak lahirnya enterpreneur-enterpreneur muda, yang handal dan profesional dalam mengembangkan usaha khususnya yang berskala mikro, kecil dan menengah,” harapnya.
Haliana berharap, transisi menuju kepada keadaan normal dapat berjalan dengan baik, sehingga perekonomian masyarakat bisa segera pulih serta tumbuh lebih cepat di masa yang akan datang. Meskipun masih dengan berbagai pembatasan dan penerapan protokol kesehatan.
“Saat ini kita sudah bisa melakukan aktivasi terhadap kegiatan kepariwisataan di daerah. Dengan menyelenggarakan event Wakatobi Wave pada tahun ini di mana konten kegiatannya antara lain adalah pelaksanaan Expo Umkm, Industri Kreatif dan Ekonomi digital,” katanya.
Pada bulan Oktober yang lalu, Pemkab Wakatobi sudah mengawali prakarsa pelaksanaan Expo di Pulau Tomia yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi dan UMKM. Dari antusiasme peserta expo dan pengunjung, menurut Haliana, mencerminkan bahwa saat ini perekonomian di daerah sudah mulai menggeliat kembali, dan ia optimis terus bertumbuh secara positif ke depan.
Gayung bersambut, imbuh Kader Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan tersebut, aspirasi untuk mendorong pengembangan ekonomi kreatif alhamdulillah sejalan pula dengan berbagai kebijakan pemerintah pusat saat ini.
Beberapa kementerian/lembaga cukup serius untuk mengalokasikan program mendukung pengembangan industri kreatif mendukung posisi strategis Kabupaten Wakatobi sebagai salah dari 10 destinasi pariwisata prioritas nasional.
“Berkat kolaborasi yang solid dari seluruh stakeholder ekonomi kreatif kita, dalam mengikuti proses penilaian Kabupaten Kota Kreatif di Indonesia. Kemarin tanggal 30 November 2021 saya telah menerima SK penetapan Kabupaten Wakatobi sebagai Kabupaten Kreatif Indonesia yang diserahkan langsung oleh Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Republik Indonesia (RI),” ungkapnya.
Haliana bilang, tentu itu merupakan anugerah yang sangat berharga bagi Wakatobi, yang akan membuka banyak peluang untuk mengakses dukungan kebijakan dan fasilitasi program dari Kementerian/lembaga terkait.
Bagi pengembangan ekonomi kreatif di Wakatobi. Namun dibalik itu juga ada tanggungjawab besar yang harus dijaga. Agar reputasi sebagai Kabupaten kreatif senantiasa berbanding lurus, dengan realitas kebijakan dan dampak positifnya terhadap kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Wakatobi La Jumadin menjelaskan, penyelenggaraan Expo UMKM, ekonomi kreatif dan ekonomi digital sebagai pra event Wakatobi Wave 2021.
Wakatobi sebagai salah satu dari 10 destinasi pariwisata prioritas nasional terus melakukan upaya-upaya pembangunan kepariwisataan. Baik yang berskala lokal maupun nasional.
“Suatu hal yang menjadi kebanggaan bagi kita semua bahwa event Wakatobi Wave ini meskipun relatif masih sangat muda usia penyelenggaraannya, namun telah mampu mendapat posisi yang sangat strategis secara nasional, yaitu sejak tahun 2017 telah ditetapkan oleh Kemenparekraf RI menjadi salah satu dari 100 wonders event,” terangnya.
“Kita juga patut bersyukur dan berbangga karena Wakatobi baru saja ditetapkan sebagai Kabupaten/kota kreatif Indonesia 2021.
Pelaksanaan Wakatobi Wave tahun ini, lanjut La Jumadin, diselenggarakan ditengah situasi pandemi Covid-19 yang belum berakhir, namun tetap bertekad untuk melaksanakannya dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat, sehingga pelaksanaanya dilakukan secara hybrid.
Adapun tema yang diusung kali ini adalah “Kebulatan Spirit Budaya Maritim Untuk Akselarasi Kebangkitan Pariwisata Wakatobi Dan Indonesia”. Tema ini dinilai sejalan dengan visi Wakatobi sebagai Kabupaten Konservasi Maritim Yang Sentosa.
Penyelenggaraan event ini diharapkan menjadi kebangkitan pariwisata wakatobi dan meningkatkan geliat perekonomian masyarakat.
Di samping itu, Wakatobi Wave Tahun 2021 selain mendapat dukungan dari Kemenparekraf/Badan Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf) RI pemerintah Kabupaten Wakatobi juga didukung oleh BI kantor perwakilan Provinsi Sultra.Pada acara pembukaannya, dimeriahkan dengan sajian tari kolosal bertajuk Kemilau Konservasi Maritim, fashion show kreasi tenun Wakatobi, dan parade perahu.
Kemudian pada 5 Desember diadakan festival kuliner maritim dengan menghadirkan chef nasional yakni chef Marinka yang pelaksanaannya bertempat di Dapoer Maritim.
“Selain itu pada setiap malam, sejak tanggal 2 Desember diisi pagelaran seni dan budaya Wakatobi. Mulai dari pagelaran seni dan budaya Pulau Wangiwangi, Pulau Kaledupa, Pulau Tomia dan Pulau Binongko.
Selanjutnya pada Sabtu, 4 Desember malam, diadakan lomba fashion show kreasi tenun Wakatobi. Kegiatan ini ditutup secara resmi pada 6 Desember 2021.
Berkah expo itu langsung dirasakan oleh stand masyarakat. Salah satunya stan Kecamatan Kaledupa Selatan yang hanya berselang beberapa menit saja setelah pembukaan expo, diserbu oleh rombongan Bupati dan Wakil Bupati Haliana-Ilmiati Daud dan rombongan ketua tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Eliati Haliana.
Sejumlah kuliner dan tenun khas yang terpampang di stand itu laris terjual. Diantaranya adalah tenun boke yang meraup penghasilan jutaan rupiah.
Kordinator stan Kecamatan Kaledupa Selatan Riska Salama mengatakan, dari berbagai jenis tenun boke, selendang dan sarung menjadi target utama yang dibeli para pengunjung.
Selain menjadi tenun khas Kaledupa, tenun boke juga memiliki keunggulan dari sisi motifnya yang unik sehingga diminati berbagai kalangan pecinta tenun.
Ada rupa ada harga, istilah itu sudah sepantasnya menjadi predikat untuk sarung tenun boke bermotif lolo. Menggunakan pewarna alami tenun tersebut dijual dengan harga Rp800 ribu hingga mencapai Rp1,2 juta, untuk sarung jenis leja dibanderol dengan harga Rp500 ribu hingga Rp.600 ribu. Berikutnya selendang jenis leja, dihargai Rp50 ribu dan Rp70 ribu. Sementara
selendang jenis boke dibanderol dengan harga Rp100 ribu saja.
Produk tenun tersebut rupanya merupakan buah tangan pengrajin di Desa Pajam yang dititip di stand Kecamatan Kaledupa Selatan.
“Alhamdulillah, kami laku kurang lebih Rp5 jutaan dibeli oleh rombongannya Bupati, Wakil Bupati dan ibu Bupati serta ketua tim Penggerak PKK saat berkunjung ke stan kami,” katanya.
Untuk mengantisipasi lonjakan orderan, Riska Salama sudah mengantisipasinya sejak awal, agar standby untuk mendistribusikan tenun jenis boke yang pernah dikenakan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno, pada saat rapat kerja sama bilateral dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) dan Perdagangan Hungaria bulan Februari 2021. Untuk kemudian dipasarkan pada Expo yang merupakan pra event Wakatobi Wave di stan Kecamatan Kaledupa Selatan.
Dalam expo itu, sekira 30 stan UMKM dan Industri kreatif difasilitasi oleh kepanitiaan, agar para pelaku usaha dapat menjajakan produk kerajinan dan sejumlah produk usaha lainnya.
Di waktu yang berbeda usai penyelenggaraan expo dan Wakatobi Wave 2021 perwakilan stand Kaledupa Selatan, Wa Ode Fidarzi Ali, mengungkapkan bahwa omset keseluruhan kurang lebih Rp25 jutaan hasil dari penjualan kuliner dan tenun.
“Hari pertama pembukaan dan hari kedua berkisar Rp8 jutaan per hari, di hari ketiga sekira Rp17 jutaan. Kami berharap ke depan tetap ada expo, dan kalau bisa disampaikan lebih awal agar kami lebih siap,” harapnya.
Sambil menyelam minum air, selain expo event pra Wakatobi Wave 2021, dihelat pula Jambore Bikers yang pelaksanaan dan camp nya dipusatkan di wilayah Desa Komala Kecamatan Wangiwangi Selatan.
Panitia Jambore bikers, Romeldin mengungkapkan, peserta Jambore bikers yang mengikuti riding sekira 200 orang bikers. Setelah itu, peserta Jambore mengeksplore sendiri berbagai keindahan Wakatobi di venue acara juga ada lokasi camp.
Ia berharap melalui pelaksanaan Jambore biker tersebut, Wakatobi dapat lebih dikenal lagi. Juga memberi dampak positif bagi masyarakat banyak, sehingga kepanitiaan membuka space untuk pelaku UMKM disetiap wilayah yang menjadi tempat persinggahan, khususnya spot-spot wisata.
“Kita tidak menyasar wisatawan mancanegara tapi setidaknya yang lokalan dulu kendati suasananya masih pandemi,” imbuhnya.
Bupati Wakatobi Haliana yang juga merupakan peserta riding menyebutkan, yang didaftar dari luar daerah Wakatobi saja hampir 600 bikers dengan berbagai jenis motor dan dari berbagai daerah yakni dari Palu, Makassar, Kolaka, Baubau, Jawa, Bali serta Kalimantan.
“Saya menghaturkan terima kasih dan saya juga bahagia sekali, bahwa ini sebagai titik balik pariwisata Kabupaten Wakatobi. Dan alhamdulillah Wakatobi bisa diingat lagi oleh teman-teman. Tentu saja ini adalah awal juga untuk kita memulai bagaimana kerjasama kepariwisataan di Wakatobi, terutama untuk mendatangkan wisatawan. Maka tentu saja kerja sama dengan komunitas-komunitas akan terus digali,” katanya.
Haliana menjelaskan, untuk menggeliatkan kembali ekonomi di Wakatobi, langkah yang harus dilakukan adalah optimis. Dengan optimisme itu dapat terbangun kembali optimisme bagi masyarakat Wakatobi sendiri, juga bagi seluruh pemerhati pariwisata utamanya di daerah yang dipimpinnya kini.
“Optimisme ini bukan hanya di masyarakat tapi seluruh dunia usaha dan pelaku usaha yang terkait dengan prioritas pariwisata kita, supaya geliat ekonomi kita terutama di ekonomi kreatif. Yang menjadi pendukung pariwisata daerah bisa kita geliatkan kembali dengan optimisme yang ada,” ajaknya.
Sementara itu, Wakil Bupati Wakatobi Ilmiati Daud berharap, komunitas tersebut menjadi komunitas yang tetap di Wakatobi dan menurutnya dikukuhkan oleh Bupati Wakatobi sebagai komunitas bikers di daerah tersebut.
“Mudah-mudahan kita dapat berinteraksi terus, untuk melakukan gerakan-gerakan sosial juga amal melalui komunitas bikers. Untuk ke depan kita butuh menambah kalender event kita di Kabupaten Wakatobi,” untainya.
Wakil Walikota Baubau Monianse, yang juga mengikuti kegiatan itu berpendapat, bahwa Jambore bikers merupakan salah satu modal wisata terkini. Sehingga di masa pandemi, wisata seperti saat itulah yang menjadi pilihan.
“Saya kira ini alternatif sekaligus nanti mereka-mereka yang sudah keliling ini kan pasti akan mengupload ke media sosialnya. Sehingga pasti akan membantu mempromosikan keindahan Wakatobi, sukses terus untuk Wakatobi, jadi Dia kenanya di milenial, dan personalitinya,” tutupnya.
Di malam puncak penutupan acara Wakatobi Wave, Bupati Wakatobi Haliana mengatakan, sejalan dengan tema festival Wave tahun ini yakni Kebulatan Spirit Maritim Untuk Kebangkitan Pariwisata Wakatobi dan Indonesia, maka Wakatobi Wave tahun ini, membawa dampak sangat penting untuk menumbuhkan semangat, dan membangkitkan harapan bagi semua pihak, dalam melakukan aktivasi dan akselarasi kebangkitan kepariwisataan di daerah pasca pandemi.
Besarnya antusiasme dan partisipasi masyarakat selama kegiatan berlangsung menjadi cerminan nyata kerinduan masyarakat Wakatobi untuk dapat kembali kepada suasana normal, dan merajut kehangatan silaturahmi dalam bingkai kegiatan budaya yang selama ini sempat tersekat karena wabah Covid-19.
Meskipun penuh dengan tantangan dalam persiapan, selama pelaksanaannya, sampai kepada penghujung acara, selain beradaptasi dengan pelaksanaan protokol kesehatan yang berlaku akibat pandemi Covid-19, juga harus beradaptasi dengan kondisi cuaca yang cukup ekstrim selama pelaksanaan. dari setiap tantangan yang ada, diharapkan membawa hikmah berharga untuk penyelenggaraan yang lebih baik ke depan.
“Festival Wakatobi Wave ini merupakan event kebanggaan kita bersama. Karena telah memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat Indonesia. Konsistensi dan keseriusan kita dalam penyelenggaraannya menjadikan Wakatobi Wave menjadi salah satu event yang paling dirindukan dan telah mendapatkan pengakuan secara nasional yaitu selama lima tahun berturut-turut masuk sebagai 100 Wonders Event Nasional dan tahun ini ditetapkan sebagai salah satu dari 83 Kharisma Event Nusantara (KEN),” ujarnya
Hal ini melahirkan suatu tanggung jawab yang besar ke depan untuk dijaga reputasinya bersama dan ditingkatkan kualitasnya. Sebagaimana sejatinya tujuan penyelenggaraan event, Wakatobi Wave diharapkan dapat membawa efek yang positif bagi peningkatan citra Wakatobi sebagai destinasi pariwisata.
“Yang terpenting lagi adalah dampak langsung bagi perputaran dan pertumbuhan ekonomi daerah. Pada tahun ini kita mencatat begitu banyak tamu dan wisatawan yang datang untuk menghadiri Wakatobi Wave. Baik dari dalam maupun yang dari luar Provinsi Sultra,” ungkapnya.
Haliana memastikan banyak dari para pelaku usaha pariwisata dan UMKM yang menerima manfaat ekonomi langsung dan meningkat omsetnya selama pelaksanaan kegiatan.
Di samping manfaat ekonomi, event Wakatobi Wave juga diharapkan efektif untuk menjadi ajang konsolidasi kebudayaan daerah. Menurutnya, selama ini konsep event Wakatobi Wave memang dikemas sebagai suatu etalase besar yang menampilkan warna-warni budaya yang ada di semua pulau di Wakatobi yaitu Wangiwangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko.
Sehingga, para tamu dan wisatawan yang berkunjung dapat mengenal secara utuh kebudayaan maritim yang dimiliki Wakatobi, mengingat nilai strategis dari penyelenggaraan Wakatobi Wave tersebut bagi Wakatobi.
“Ke depan kita perlu untuk mendesign dan mempersiapkannya lebih matang agar bisa menghadirkan dampak yang lebih besar dan semakin impresif. Di samping itu, pilihan waktu yang tepat dan venue kegiatan yang representatif perlu kita pertimbangkan dengan mantap,” tuturnya.
Beberapa kendala yang masih ada yaitu terkait masalah keterbatasan aksesibilitas udara, ketersediaan amenitas hotel dan restoran, serta layanan jasa usaha wisata lainnya perlu konsolidasi lebih baik lagi.
“Begitu banyak yang ingin hadir tetapi tidak kebagian seat pesawat. Begitu banyak yang ingin datang tetapi akomodasi yang layak telah full booking. Juga terkait kualitas Sumberdaya Manusia (SDM) pelayanan kepariwisataan kita perlu mendapat Perhatian untuk segera kita mantapkan. Agar dapat memberikan pelayanan yang terbaik dan menghadirkan pengalaman wisata yang lebih nyaman bagi para tamu dan wisatawan kita yang berkunjung ke Wakatobi,” terangnya.
Haliana percaya dengan semangat membangun daerah yang terus terpelihara, serta dukungan yang besar dari berbagai pihak, baik dari pemerintah pusat, Provinsi dan seluruh mitra strategis yang mendukung pengembangan kepariwisataan di Wakatobi selama ini, secara bertahap semua hambatan yang masih ada dapat teratasi demi terwujudnya Wakatobi sebagai destinasi wisata yang berdaya saing, berkelas dunia dan berkelanjutan.
Pada penutupan Wakatobi Wave 2021, dimeriahkan dengan pertunjukan budaya Tarian Balumpa khas Binongko, Fashion Show, stand up Comedy dan penampilan Home Band. (Adv)
Discussion about this post