SULTRA.KABARDAERAH.COM – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wakatobi, La Ode Ikhsanuddin Hamid melalui Koordinator Fungsi Statistik Sosial, Sudarmini, menyebutkan data kemiskinan ekstrem di Wakatobi sudah ada sejak lama. Namun dalam dua tahun terakhir trendnya terus mengalami penurunan.
“Data kemiskinan ekstrem di tahun 2020 presentasinya mencapai 8,76 persen. Tetapi mengalami penurunan di tahun 2021 menjadi 6,32 persen meskipun presentasi kemiskinan di tahun 2021 mengalami kenaikan, 14,91 persen atau 15,30 ribu jiwa,” katanya saat ditemui di ruang rapat Kantor BPS Wakatobi, Rabu (13/7/2022).
Menurut Sudarmini, penyebutan kemiskinan ekstrem merupakan versi Bank Dunia (World Bank), yang telah menentukan angka garis kemiskinan pada angka pengeluaran atau pendapat perkapita perhari dengan minimal 1,9 Dolar Amerika (USD) PPP setara Rp. 11.941 perkapita perhari atau 358 .233 perkapita perbulan.
Sehingga jika penduduk dengan pengahasilan/pendapatan di bawah angka 1,9 USD dikategorikan sebagai penduduk miskin.
Lain halnya dengan versi BPS, masyarakat dianggap miskin jika dalam satu hari pengeluaran warga hanya mencapai setara 2,5 USD.
“Hitungannya kalau di bawah 2.100 per kalori dianggap miskin di tahun 2021. Angka kemiskinan kalau dari segi presentasi, angka kemiskinan kita 14,91 persen atau 15,30 ribu jiwa. Angka itu berdasarkan yang dikumpulkan BPS pada bulan Maret tahun 2021, dengan menggunakan garis kemiskinan Nasional setara 2,5 USD dan data itu naik di bandingkan dengan tahun 2020 di angka 14,31 persen atau 13,75 ribu jiwa. Salah satunya disebabkan karena adanya pandemi Covid-19,” terangnya.
Sudarmini menerangkan, setiap tahunnya BPS melakukan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Dalam satu tahun dilaksanakan dua kali, yakni pada bulan Maret dan September setiap tahun berjalan.
Perhitungan kemiskinan di Wakatobi sampai saat ini, masih menggunakan hasil survei Susenas bulan Maret tahun 2021 yang rilis pada Juli 2021.
“Pada bulan Maret tahun 2022 kami juga telah melakukan pendataan, dan masih dalam proses finalisasi data untuk tahun ini. Sehingga data terbaru untuk kemiskinan itu masih data 2021 pada bulan Maret. Salah satu langkah pengentasan Kemiskinan Ekstrim tidak cukup diselesaikan hanya dengan berbagai intervensi bantuan sosial, karena penyebabnya bersifat sistemik, salah satunya permasalahan infrastruktur. Akses menuju kantor desa, fasilitas kesehatan, tempat usaha juga menjadi faktor penting penyebab kemiskinan ekstrem, “ pungkasnya. (cw1)
Discussion about this post