SULTRA.KABARDAERAH.COM – National Support for Local Investment Climates (NSLIC)/National Support for Enhancing Local and Regional Economic Development (NSELRED) mengembangkan penggunaan pelampung rumput laut yang ramah lingkungan.
Proyek ini dalam rangka menunjang Kabupaten Wakatobi sebagai salah satu dari 10 daerah destinasi wisata nasional.
Kegiatan ini sudah dilakukan oleh 2 kelompok pembudidaya rumput laut di Liya Onemelangka, Wakatobi. Mereka mulai menggunaan batok kelapa sebagai salah satu alternatif penggunaan pelampung, pengganti botol plastik.
Proyek NSLIC/NSELRED telah melakukan 3 kali scale up dengan hasil yang baik, ditunjukkan oleh ketahanan batok kelapa dibandingkan dengan botol plastik.
Untuk internalisasi para pihak dalam penggunaan batok kelapa sebagai pengganti botol plastik pada kegiatan budidaya rumput laut, maka perlu dilaksanakan ekspose lounching panen perdana rumput laut menggunakan pelampung ramah lingkungan, program 100 hari Bupati dan Wakil Bupati Wakatobi Haliana-Ilmiati Daud.
Dengan begitu, diharapkan dapat meningkatkan motivasi pembudidaya rumput laut dan pemerintah daerah (Pemda) dalam mendukung penggunaan batok kelapa sebagai pelampung ramah lingkungan pengganti botol plastik.
Bupati Wakatobi Haliana, melalui sekretaris daerah (Sekda) La Jumadin, mengatakan peluang pengembangan potensi sumberdaya laut oleh masyarakat masih sangat menjanjikan, apalagi ditunjang dengan program dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait.
Melalui panen perdana rumput laut dengan pelampung ramah lingkungan yaitu batok kelapa, diharap bisa berkelanjutan dan dapat dilakukan di pulau lainnya yang potensial.
“Mari kita tetap berperan aktif dalam pelestarian lingkungan pesisir dan laut secara berkelanjutan dengan menerapkan nilai-nilai konservasi dan kearifan lokal sehingga dapat mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya nelayan seiring dengan pelestarian sumber daya pesisir dan laut,” ujarnya.
Pelaku budidaya, Wa Mauani, mengungkapkan proyek NSLIC ini terbilang unik jika dibandingkan dengan program bantuan lain sebelumnya.
“Unik artinya karena banyak hal yang diajarkan kepada kami, bukan hanya program budidaya rumput laut saja, perkoperasian tetapi juga keberanian dan jiwa kewirausahaan membuat kami percaya diri untuk berkembang. Sampai dengan hari ini apa yang telah diberikan kepada saya, jika diubah kedalam bentuk uang, tidak ternilai harganya. Jutaan rupiah bisa dihabiskan dalam waktu singkat bahkan hanya dalam beberapa hari,” ungkapnya di Wangiwangi Selatan, (27/9/2021).
Selain NSLIC, lanjut Wa Mauani, Pemda Wakatobi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) juga telah banyak membantu dan mendampingi melalui pelatihan-pelatihan budidaya rumput laut dan penyuluhan kelompok.
“Terima kasih kepada pihak DKP yang hampir setiap tahun membantu kami berupa bibit, tali dan pelampung rumput laut yang telah meringankan beban keuangan kami untuk keperluan tersebut,” terangnya.
Tak hanya pelampung rumput laut. Kata Wa Muani, dari program NSLIC, mereka juga diarahkan, dan dibimbing menuju kehidupan sosial yang bisa memenuhi kebutuhan dan meningkatkan pendapatan keluarga.
“Bapak Muhidin dalam pendampingan kami pembudidaya memilki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi, Dia telah bekerja keras untuk kami sebagai pembudidaya rumput laut. Bukan hanya di pulau Wangi-Wangi akan tetapi juga pembudidaya rumput laut di Pulau Kaledupa dan Tomia Timur,” jelasnya.
Dengan adanya bimbingan dan bantuan tersebut, pihaknya mempu merealisasikan kerjasama dengan PT. Inti Nusa Raya Indonesia, yang merupakan pabrik rumput laut yang berlokasi di Kabupaten Bombana.
Perusahaan tersebut membeli rumput laut yang dikumpulkannya dari beberapa anggota koperasi. Ia telah melakukan 2 kali pengiriman rumput laut jenis cottonii sebanyak 20,12 ton kering, dengan keuntungan sekitar Rp5 juta.
“Dengan difasilitasi oleh NSLIC, kami juga melakukan kemitraan dengan BUMN PT Surveyor Indonesia yang memberikan bantuan dana kemitraan. Untuk pengembangan budidaya rumput laut, dan produk turunannya sebesar Rp180 juta dengan bunga menurun 3 persen per tahun selama 36 bulan. Dimana sekarang sudah 20 kali cicil atau 20 bulan pencicilan terselesaikan. Terima kasih Pak Syahrul Gunawan yang telah membantu permodalan kami,” tuturnya.
Selain itu, masih kata Wa Mauani, pihaknya bersama nelayan budidaya juga dilatih pembuatan produk olahan berbahan rumput laut. Walaupun sekarang masih dalam tahap penyempurnaan mutu produk agar lebih baik dan pemasaran yang lebih luas.
“Juga bagaimana agar kami di unit usaha olahan yang kebanyakan perempuan di Desa Liya Onemelangka ini bisa makin kuat, kompak dan berkelanjutan,” ucapnya.
Proyek NSLIC/NSELRED melakukan kegiatan budidaya rumput laut ramah lingkungan melalui 3 kali scale up yang telah dilakukan oleh 3 orang, yaitu dirinya sendiri bersama suaminya dan 2 nelayan lain
“Jumlah tali bentangan rumput laut yang menggunakan batok kelapa sebanyak 15 tali. Sedangan Pak Lataowi 15 tali, Pak Lakii 12 tali, total semua 42 tali bentangan rumput laut menggunakan batok kelapa,” jelasnya.
“Mudah-mudahan ada bantuan peralatan dan mesin produksi pelampung batok kelapa yang akan memudahkan kami menggunakan kelapa sebagai pelampung rumput laut ramah lingkungan,” Wa Muani menambahkan. (Cw1)
Discussion about this post