SULTRA.KABARDAERAH.COM – Dalam rangka memperingati Hari Mangrove Sedunia sekaligus persiapan Hari Konservasi Alam Nasional (Road To HKAN 2021), Balai Taman Nasional Wakatobi (BTNW) bersama Pemerintah Daerah setempat melakukan penanaman mangrove di pesisir Desa Liya One Melangka, Kecamatan Wangiwangi Selatan (Wangsel), Rabu, (28/7/2021).
Sebanyak 2021 bibit yang ditanam terdiri dari jenis mangrove (Rhizopora spp) dan jenis mangrove (Bruguira spp).
Kepala BTNW, Union, mengatakan bibit tanaman mangrove tersebut diperoleh dari persemaian kelompok nelayan terpadu sebanyak 1021 bibit dan persemaian mandiri Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) wilayah I Wangiwangi sebanyak 1000 bibit tanaman, dengan total bibit mangrove disesuaikan dengan tahun penanaman yaitu 2021 bibit.
“Model penanaman mangrove menggunakan metode rumpun berjarak, 1 lubang tanaman diisi sebanyak 10 bibit Mangrove dengan menggunakan jarak tanam 2×1 meter,” katanya di Wangsel,” katanya.
Dijelaskan, ekosistem mangrove merupakan salah satu dari 8 potensi sumberdaya penting, yang menjadi target konservasi dalam pengelolaan sumberdaya alam dan hayati di Taman Nasional Wakatobi.
Konservasi Mangrove menjadi penting, karena ekosistem mangrove dapat mendukung keberlanjutan ekosistem lainnya, kata dia, serta memiliki fungsi ekologis seperti penahan laju abrasi pantai dan intrusi air laut, serta menjadi habitat beberapa organisme laut/pantai.
“Berdasarkan hal tersebut maka kegiatan penanaman mangrove ini sejalan dengan visi pembangunan jangka panjang Kabupaten Wakatobi yakni, “Wakatobi Sebagai Pusat Biodiversitas Bumi” serta visi Kabupaten Wakatobi tahun 2021-2026 yaitu “Wakatobi menjadi Kabupaten Konservasi Maritim yang Sentosa,” tuturnya.
Ditempat yang sama, Bupati Wakatobi, Haliana, berharap agar warganya dapat berperan aktif dalam menjaga serta mempertahankan kelestarian dari 28 jenis Mangrove yang ada di Wakatobi, yang terdiri dari 20 jenis Mangrove sejati dan 8 jenis Mangrove ikutan dengan luas kurang lebih sekitar 1.131 hektare.
“Kita ini daerah pulau-pulau kecil sekaligus daerah cagar biosfer. Saya berharap kegiatan seperti ini berkelanjutan, bukan hanya di Wangiwangi tetapi di pulau-pulau lain juga,” harapnya.
Menurutnya, di Pulau Wangiwangi masih banyak titik-titik yang harus ditanami karena ini menjadi penyangga terutama daerah abrasi pantai. Karena Wakatobi gelombang lautnya di musim-musim tertentu, baik itu musim barat dan timur pasti pantainya kena abrasi.
“Kita pilih lokasi ini, karena selama ini tidak ada Mangrovenya. Selain kita mengusung visi Wakatobi konservasi maritim yang sentosa upaya-upaya konservasi kita lakukan, bukan hanya urusan BTNW tetapi semua stakeholder dan masyarakat umum. Mangrove ini juga, bukan hanya sebagai penyangga, tetapi pasti akan melestarikan spesies biota laut seperti kepiting, udang dan ikan sehingga sangat penting untuk digalakkan di semua tempat,” ungkapnya.
Giat penanaman Mangrove tersebut melibatkan sejumlah komunitas, diantaranya, Perkumpulan Cagar Biosfer Wakatobi, Yayasan Konservasi Alam Nusantara, Kelompok Nelayan Terpadu, Masyarakat Mitra Polhut dan anggota Kelompok Pecinta Alam (KPA) Tridacna Wangiwangi. (CW2)
Discussion about this post