SULTRA.KABARDAERAH.COM – Bupati Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra) Haliana, meluncurkan program budidaya udang Vaname dengan sistim Bioflok.
Launching tersebut sekaligus dilakukan dengan penaburan sebanyak 30 ribu benur (benih udang). Benur ini didatangkan dari Mustika Benur Kupa (MBK) dari Desa Kupa, Kecamatan Mallusetasi, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Haliana mengungkapkan, budidaya ini cukup potensial untuk dikembangkan. Kata dia, jika dibandingkan antara luasan yang dipakai udang vaname dengan sistim bioflok dengan tambak udang tradisi di pantai-pantai dengan digali atau dengan pematang, perbandingannya 1 banding 80.
“1 hektare itu kita punya sama dengan 80 hektare udang tradisi produksi dan daya tampungnya, ini luar biasa,” ujar Haliana, pada dalam acara peluncuran program sekaligus penaburan benur vaname di Desa Numana, Kecamatan Wangiwangi Selatan, Senin (6/12/2021).
Menurutnya, udang Vaname merupakan komoditas langka di Wakatobi. Kalaupun ada, tidak pernah dibudidayakan secara massal bahkan juga tidak pernah ditangkap secara massal di laut lepas.
“Ini kita lakukan agar budidaya yang lain di daerah bisa kita tingkatkan. Bahwa di Wakatobi kita melihat ada budidaya, Kerapu ada, Lobster ada, termasuk rumput laut.
Dengan momentum launching ini, tentunya akan memperkaya keberagaman jenis komoditas perikanan yang dikembangkan di Wakatobi.
Dijelaskan, budidaya udang Vaname dianggap sesuatu yang tidak mungkin di Wakatobi memiliki tambak. Namun, kata Haliana, dengan sistim teknologi, kemajuan dan inovasi di masa ini, bioflok menjadi solusi untuk pengembangan udang tambak di daerah setempat.
Dari Aspek pasar, masih kata Haliana, Presiden Jokowi menargetkan produksi dan ekspor udang Vaname ke luar negeri tahun 2022 sebanyak 22 juta ton. Tahun ini, baru bisa diproduksi sebanyak 6 sampai 7 juta ton.
“Udang Vaname tinggal kita jaga supaya bisa tumbuh dan besar dan kita panen, saya memastikan Supriansyah (Direktur SP Communnity Supriansyah) sendiri yang menjadi pengelola, kontraktor dan penjaganya yang akan membeli seberapapun besarnya produksi udang Vaname kita,” paparnya.
Di tempat yang sama, Direktur SP Communnity, Supriansyah, secara teknis menjelaskan bahwa hal yang harus diperhatikan pada budidaya udang vaname dengan sistim Bioflok adalah bukan pada isi dalamnya. Akan tetapi airnya harus dijaga dengan baik.
“Laut Wakatobi sampai saat ini sangat bersih itu harus kita jaga. Jangan sampai ada teman-teman kita yang membuang sampah ke laut. Inshaallah harapan hidupnya 99 persen,” imbuhnya.
Cara kerja alat tersebut tidak rumit, akan tetapi membutuhkan ketepatan waktu. Termasuk pola makannya, sampai lima kali sehari. “Karena udang Vaname sifatnya aktif, ketika aktif maka otomatis aktif makan juga,” jelasnya.
Dijelaskan pula bahwa profit dari udang tersebut adalah 60 persen. Sehingga sangat menggiurkan bagi penambak pemula.
“Dari total jumlah benih benur yang ditabur, target panennya di angka 500-600 kilogram (kg). Per kolam dengan diameter 10 tersebut dengan kisaran keuntungan sekira Rp15 juta,” sebutnya.
Untuk memaksimalkan budidaya tersebut, ujar Supriansyah, dibutuhkan pasokan listrik yang memadai. Dengan 2.200 KWH sudah mampu untuk budidaya.
“Di 60 hari kita akan parsial sebagian. Misal 500 kilogram udang di dalam, maka kita ambil 100 kilogram. Dua minggu kemudian kita ambil lagi, selanjutnya baru kita panen total. Itu akan kita capai di size 40 ekor per kilogram,” pungkasnya. (cw1)
Discussion about this post