SULTRA.KABARADAERAH.COM – Perusahaan swasta eksportir dari Netherlands, nuts2, tertarik mengembangkan komoditas mete di Indonesia. Target ekspor pertahunnya mencapai 200 ribu ton.
Salah satu daerah yang dituju untuk pengembangan bisnis ini adalah Kabupaten Buton Utara (Butur) Sulawesi Tenggara (Sultra). Daerah di utara pulau Buton itu, dianggap potensial untuk pengembangan komoditas mete.
Eksport Director, Pekik Warnendya, menuturkan saat ini pihaknya mulai melakukan assesment atau penelusuran awal. Salah satunya terkait kemampuan produksi mete di Butur dalam satu tahun.
“Kami melakukan penelitian awal. Berapa sih sebenarnya Buton Utara itu yang angka produksi petani?. Berapa sih potensi seluruh Buton Utara, apakah bisa memenuhi 1.000 ton atau kah lebih dari itu,” tuturnya, ditemui usai sosialisasi dan penandatanganan Mou antara Pemkab Butur dan Nuts2 tentang pengembangan mete di Aula Bappeda Butur, Kamis (27/2/2020).
Meski target ekspor sesunggunya sebanyak 200 ribu ton, jumlah itu tentunya bertahap. Untuk mencapai standar kualitas premium masih akan dibuatkan program khusus, bekerjasama dengan pemerintah daerah termasuk dengan BUMDesa dan BUMDesma.
Dia lebih lanjut menjelaskan, penilaian awal sangat penting dilakukan. Sebab, pihaknya menginginkan produk yang berkelanjutan dan memenuhi tingkat kriteria untuk pasar ekspor.
“Kualitas, kuantitas dan kontinuitas,” tambahnya.
Masih kata Pekik, sekali pasar ekspor terbuka, maka aktivitas pengirimannya tidak bisa berhenti di tengah jalan. Apabila itu terjadi, maka yang dirugikan adalah produsen termasuk masyarakat setempat yang terlibat dalam aktivitas perusahaan nanti.
“Karena ada sistem penalti ketika suplay itu terhambat di tengah jalan,” tandasnya.
Nuts2, hadir di Butur tidak sendiri. Mereka datang bersama pihak Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia (Kemendesa PDTT).
Kasubdit Direktorat Pembangunan
Daerah Tertinggal Kemendesa PDTT, Rosemary, mengatakan sosialisasi dan penandatanganan MoU ini merupakan tindaklanjut dari kunjungan Pemkab Butur ke Kementerian terkait beberapa waktu lalu. Paparan seputar komoditas lokal yang dianggap potensial dikembangkan, dijawab dengan menghadirkan mitra bisnis.
“Kemendesa PDTT sangat mengapresiasi Pemerintah Kabupaten Buton Utara yang sigap dalam melihat potensi daerahnya dan berkenan untuk menjemput bola ke pusat untuk memajukan daerahnya,” ungkapnya.
Dalam kunjungan di Butur kali ini, dia berharap ke depan bisa tercipta aksi nyata, berupa pembangunan pabrik pengolahan mete atau pengembangan produk mete di pasar yang lebih luas lagi.
Bupati Butur, Abu Hasan, mengungkapkan momentum ini merupakan kesempatan yang mesti dimanfaatkan dengan baik dan bisa menjadi peluang untuk memberi nilai tambah bagi kehidupan masyarakat.
“Komoditas mete kita kurang lebih luasnya enam sampai tujuh ribu hektare. Tapi jambu mete kita selama ini kita jual di pasaran-pasaran lokal. Memang sudah ada nilai ekonomisnya tapi belum maksimal,” ungkapnya.
Perlu diketahui, Nuts2 merupakan perusahaan yang fokus menjembatani petani langsung ke pasar dunia (end user) dengan harga yang pantas. Perusahaan itu bertujuan memaksimalkan nilai bisnis atau produk untuk meningkatkan pendapatan petani dan mendukung ekonomi lokal.
Mereka, membeli dan memasarkan serta berinvestasi pada sektor pertanian yang meliputi produk kernel (mete kupas), mete mentah, minyak kulit mete dan macadamia.
Model bisnisnya yakni membeli mete dari kelompok tani dan memproses di pabrik untuk diolah menjadi kernel atau mete kupas untuk dijual ke industri makanan dan retail di seluruh dunia.
Secara umum, pasar Nuts2 ada dua jenis yaitu industri snack dan industri makanan.
Untuk industri snack, jenis produk yang dipasarkan berukuran besar, utuh dan tidak pecah, serta putih mulus. Sementara, untuk industri makanan, jenis produknya berukuran kecil, utuh dan pecah serta putih dan kehitaman.
(Irsan R).
Discussion about this post