SULTRA.KABARDAERAH.COM, BUTON UTARA – Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Buton Utara (Butur) Sulawesi Tenggara (Sultra) terus berupaya merawat kerukunan antar umat beragama. Salah satu langkah jitu dilakukan, dengan memaksimalkan kemitraan dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).
Belum lama ini, tepat 20 Februari 2020, Kantor Kemenag Butur bersama Pemerintah Daerah setempat, melaunching Desa Sadar Kerukunan di Desa Karya Bhakti Kecamatan Kulisusu Barat (Kulbar).
Tindak lanjut dari desa sadar wisata tersebut, digelar pula dialog memelihara dan merawat kerukunan umat beragama, di Aula Kantor Kemenag Butur, Kamis (18/6/2020).
Tema yang diusung yakni “Mari kita jaga kerukunan dan kegotong-royongan umat beragama dalam melawan pandemi covid-19 menuju tatanan hidup baru (New Normal)”.
Dalam kegiatan itu, hadir Kepala Kantor Wilayah Kemenag Sultra, Fesal Musaad beserta jajarannya, Bupati Butur, Abu Hasan dan jajarannya pula. Peserta dialog terdiri dari, pengurus FKUB Butur, pengurus desa sadar kerukunan dan penyuluh Agama Islam non PNS se-Butur.
Kepala Kantor Kemenag Butur, Muhammad Saleh, mengatakan, secara umum, kondisi kerukunan umat di Butur berjalan dengan baik. Masyarakat hidup berdampingan dan tetap bergandeng tangan dalam aktivitas sehari-hari.
Butur, kata dia, merupakan sebuah daerah atau negeri yang dibangun atas nilai-nilai religius, agama dan kebudayaan. “Sehingga dengan pemahaman ini, hampir semua umat beragama di Kabupaten Buton Utara hidupnya rukun dan damai,” tuturnya.
Bupati Butur, Abu Hasan, menyambut baik pelaksanaan dialog tersebut. Dia juga mengucapkan terima kasih kepada Kanwil Kemenag Sultra atas perhatian yang besar terhadap Butur.
“Bukan hanya sekedar mengalokasi anggaran, tapi turun langsung ke Buton Utara,” ucapnya.
Ketua DPD PDI Perjuangan Sultra itu menyatakan, penguatan identitas keagamaan merupakan hal yang sangat penting. Pada saat yang bersamaan identitas kenegaraan juga mesti terus diperkuat.
“Sehingga tidak ada dilema psikologis pada diri kita, antara diri kita sebagai umat beragama dengan diri kita sebagai warga negara Republik Indonesia,” tuturnya.
Dia berharap, melalui forum-forum seperti ini dengan berbagai narasi yang disampaikan oleh para narasumber, dapat lebih memperkuat komitmen keindonesiaan, keumatan dan kebangsaan serta komitmen keagamaan di tanah air, tidak terkecuali di Buton Utara.
Abu Hasan menegaskan pula, komitmen itu tidak boleh ditawar-tawar. Apalagi, dalam menghadapi era yang penuh dengan kompetisi global, yang mengharuskan kekuatan identitas negara, budaya dan agama tetap terjaga.
“Karena itulah benteng pertahanan kita dalam menghadapi persaingan global,” tandasnya.
(Irsan R)
Discussion about this post