SULTRA.KABARDAERAH.COM, BUTON TENGAH – DPRD Kabupaten Buton Tengah (Buteng) melalui Komisi III, II, dan Komisi I, bersama Dinas Pertanian setempat, siap membantu pengembangan petani Padi Gogo atau padi ladang. Hal itu menyusul kunjungan di Desa Lakapera Kecamatan Gu, Selasa (7/4/2020).
Legislator Buteng yang ikut dalam kegiatan tersebut diantaranya Tasman, Sa’al Musrimin Haadi, Hasrun, Azaluddin, Hj. Mariati, Hendi Syafrini dan Rahmaniar.
Kemudian, Kepala Dinas Pertanian Buteng, Razuddin bersama staf dan penyuluh pertanian, Kepala Desa Lakapera La Owo Maksimus, Tokoh masyarakat Lakapera yang juga Sekjen PDI-P Buteng Alexander Ernesto, Mantan Kades Lakapera La Kaosi Simon, serta puluhan masyarakat lainnya.
Ketua Komisi III DPRD Buteng, Tasman, mengungkapkan pihaknya siap menyikapi dengan serius aspirasi para petani padi gogo tersebut.
“Kita akan bawa di rapat komisi bersama Dinas Pertanian, kemudian secara teknis kita akan serahkan sama Kepala Dinas Pertanian untuk menghitung apa-apa yang akan dibutuhkan oleh bapak-bapak petani disini,” ungkapnya.
Ia mengaku sempat takjub, saat pertama berada di area perkebunan itu. Menurutnya, wilayah tersebut dapat dikembangkan sebagai kawasan lumbung padi dalam rangka menopang ketahanan pangan di Kabupaten Buteng.
“Kita ingin merespon apa sih sebenarnya yang bisa kita berikan kepada teman-teman petani padi ladang di Lakapera ini, karena di Buton Tengah ini hanya ada dua, di Mawasangka yang bisa menyumbangkan beras dengan di Lakapera ini,” ucapnya.
Tanaman yang sudah tidak produktif kata dia, sebaiknya ditebang dan diganti dengan penanaman padi gogo. Untuk menunjang usaha pengembangan pangan, pihak pemda tentunya dapat mengalokasikan anggaran melalui APBD.
“Kalau ini kan masih manual sekali alat panennya, tapi kalau pakai alat dorong-dorong yang satu kali jalan itu kan cepat, mudah-mudahan tahun depan bisa kita penuhi pengadaan alat itu,” kata Tasman.
Kadis Pertanian Razudin juga memaparkan, pengembangan komoditas pertanian khususnya tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan di Buteng terdapat di dua Kecamatan. Sesuai dengan kondisi dan kesesuaian lahan masing-masing yaitu di Kecamatan Gu (Desa Lakapera dan Desa Bantea), serta Kecamatan Mawasangka (mulai dari Desa Oe Ngkolaki sampai di Desa Air Bajo).
“Mulai dari tahun 2019 kemarin yang mendapatkan bantuan dari Dinas Pertanian itu dengan lahan seluas 31,5 Hektare (ha),” paparnya.
Salah satu bentuk perhatian terhadap para petani padi gogo di Lakapera, diantaranya keterlibatan para penyuluh pertanian yang hampir setiap saat melakukan pendampingan terkait hal-hal teknis, seperti upaya peningkatan hasil produksi maupun pendapatan petani.
“Kemudian ke depan kami juga berencana untuk memberikan bantuan berupa sentuhan teknologi agar para petani bisa meningkatkan produksi hasil pertanian,” ungkapnya.
Razuddin lebih lanjut menyebutkan, Desa Lakapera sangat potensial sebagai area pengembangan tanaman padi gogo. Ia juga berharap, ke depannya Desa Lakapera menjadi salah satu lokasi lumbung penghasil padi untuk membantu memenuhi kebutuhan pangan daerah.
“Terus terang saja tanaman padi gogo yang dikembangkan di Desa Lakapera ini sifatnya masih organik, belum ada sentuhan pupuk anorganik sehingga hasilnya juga masih murni dan alami,” sebutnya.
“Minggu lalu waktu saya kesana juga, sempat kami melakukan ubinan dengan teman-teman penyuluh, jadi hasilnya untuk gabah kering itu 4,5 ton, sehingga kita konversi itu bisa menghasilkan beras bersih sekitar 2,5 ton per hektar,” sambungnya.
Kades Lakapera, La Owo Maksimus, mengaku sangat berterima kasih atas niat baik dan kunjungan DPRD bersama Kadis Pertanian di desanya. Dia berharap, desanya mendapat perhatian serius khususnya dalam pengembangan padi yang digeluti warganya.
“Semoga dengan adanya kunjungan ini bisa menjadi semangat yang baru bagi masyarakat untuk lebih mengembangkan lagi usaha pertanian, khususnya menanam padi. Kami juga mohon bantuan dari pemerintah untuk mendukung semangat warga kami,” ucapnya.
Salah satu petani padi gogo, Zakarias Ane, kepada media ini menuturkan, sebelumnya sejak kurang lebih 40 tahun lalu ia telah mencoba peruntungan dengan menanam jambu mente. Kemudian, dia beralih menjadi petani padi gogo, dengan harapan bisa mendapat hasil yang lebih banyak.
“Kami harapkan pemerintah bisa memberikan kami bantuan berupa alat pemotong padi, mesin penggiling. Karena kalau ada alat itu maka kami bisa menanam dua kali dalam setahun, luas lahan kami 2,6 Hektar,” ungkapnya.
Dikatakannya, selama ia bergelut sebagai petani padi gogo, hama yang paling dominan adalah ulat penggerek batang. Namun setelah dilakukan penyemprotan menggunakan obat hama, maka kendala tersebut dapat teratasi. Dia juga mengaku, masih kesulitan membasmi hama lain seperti tikus dan burung.
“Sejak mulai tanam sampai panen itu hanya berkisar tiga bulan lebih lamanya, kami mengharapkan air hujan, dan air dari gorong-gorong, tapi kalau di lahan yang ada rawa-rawa atau genangan air kami tanami dengan padi sawah,” tutupnya.
Penulis: M1
Editor: Irsan Rano
Discussion about this post