SULTRA.KABARDAERAH.COM – Pemerintah daerah (Pemda) Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra) berkolaborasi dengan konsultan Integrated Tourism Master Plan (ITMP), Program Management Support (PMS) Regional Wakatobi dan Non Goverment Organization (NGO) SUSTOUR menggelar Focus Group Discussion (FGD) di aula Hotel Wisata, Kecamatan Wangiwangi Selatan (Wangsel), Sabtu (26/2/2022).
FGD itu membahas skenario pengembangan pariwisata Kabupaten Wakatobi Integrated ITMP for Wakatobi South east Sulawesi.
Tenaga ahli tata ruang tim ITMP Juharman mengatakan, FGD tersebut merupakan satu tahap dari rangkaian penyusunan ITMP Wakatobi.
“Pada dasarnya kita menganut pendekatan harus partisipasi stakeholder yang ada. Ini tahap awal, kita tim sudah sekira empat sampai lima bulan bekerja. Sudah menganalisis kondisi di lapangan, peluang dan tantangan kita sudah punya satu konsep pengembangan development skenario,” ujarnya.
Ada tiga skenario yang ditawarkan, diharapkan mendapat tanggapan dan masukan dari stakeholder yang ada.
Ia menyebutkan, secara garis besar, skenario yang pertama asumsinya semua pulau dikembangkan, baik itu wisata perkotaan, wisata pedesaan wisata minat khusus wisata bahari dan sebagainya. Yang semua potensi wisatanya dikembangkan.
“Tentu konsekuensinya akan banyak investasi masuk, persoalannya apakah sanggup pemerintah, baik pusat, Provinsi dan Kabupaten mendanai. Barangkali juga harus memperhitungkan dampak-dampaknya,” terangnya.
Sknario yang kedua juga sama, ekstrim line, yang terbatas pengembangannya di sekitar pulau Wangiwangi, tapi bukan berarti pulau lain tidak dikembangkan sesuai potensi yang seadanya.
“Artinya anggaran yang terbatas, baik di pemerintah pusat, Provinsi dan Kabupaten bisa terkonsentrasi. Jadi ke beberapa titik saja tapi baik dibangunnya dan dikelola masyarakat tapi mudah. Toh kita tahu juga bahwa kesiapan Sumberdaya Manusia (SDM) disini juga belum terlalu siap, butuh bertahap dikembangkan,” paparnya.
Ia menjelaskan, skenario ketiga antara tengah-tengah ekstrim dikembangkan semua ataupun terbatas, jadi kayak perkotaan. Selain Wanci, juga akan dikembangkan di ibukota pulau Tomia, sehingga ada dua, tapi tidak di semua pulau, selebihnya sama di pedesaan.
“Tapi kita juga mendorong untuk mengurangi kekurangan wisata premium resort. Ada beberapa pulau yang tidak berpenghuni atau sepi tapi berpotensi baik, itu bisa ditawarkan ke investor. Sehingga lebih menghemat anggaran pemerintah karena mereka akan membangun infrastruktur sendiri,” ungkapnya.
Sehingga diharapkan, pemerintah bersama masyarakat dan Sara (masyarakat adat) harus konsisten terhadap kebijakan nasional. Bahwa pariwisata harus sejalan dengan pembangunan lingkungan, yakni menjaga lingkungan.
“Jadi intinya kita ingin mendapat tanggapan, agar skenario yang dipilih itu betul-betul akan bisa dijalankan oleh seluruh stakeholder. Jadi kita tidak akan memaksakan yang kira-kira tidak akan sanggup dilaksanakan oleh semua pihak,” pungkasnya. (cw1)
Discussion about this post