SULTRA.KABARDAERAH.COM: BUTON UTARA – Acara adat di momen hari raya Idul Fitri yang diwariskan secara turun temurun di Kabupaten Buton Utara (Butur) tahun ini kembali digelar. Penyelenggaraan acara di tengah pandemi covid-19, tetap memperhatikan protokol kesehatan. Para perangkat adat wajib memakai masker.
Tradisi adat saat perayaan Idul Fitri ini dinamakan “Poriwanga Lipu”. Umumnya dilaksanakan usai Idul Fitri atau Idul Adha. Disisi lain, tari Lense ini merupakan tarian yang ditarikan oleh gadis dengan menggunakan pakaian adat Kulisusu.
Misalnya, seperti Tarian Lense Lakino Lemo, Tarian Lense Lakino Kulisusu, Tarian Lense Bontono Kancua-ncua, Tarian Lense Kapitano Suludadu, Tarian Lense Lakino Tomoahi, Dan Tarian Lense Lakino Bone.
Dalam sambutannya, Ketua Lakino Kulisusu atau disebut Ketua Lembaga Adat Sara Barata Kulisusu, La Ode Ahlul Musafi, mengatakan acara adat seperti ini sudah berlangsung sejak Tahun 1.600 dan hingga saat ini setiap tahun dilaksanakan.
“Walaupun sederhana namun tetap kita laksanakan secara ritual. Namun kegiatan adat ini ke depannya kita kemas lebih meriah sesuai dengan perkembangan zaman. Dan berharap lebih bagus lagi,” tutur La Ode Ahlul Musafi, Kamis (13/5/2021) malam.
Bupati Butur, Muhammad Ridwan Zakariah yang turut hadir dalam acara tersebut mengatakan selaku pimpinan pemerintah daerah, pihaknya sangat bangga dengan kegiatan ini. Walaupun dalam situasi pandemi covid-19 tetap dapat diselenggarakan dengan baik.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada Lakino Kulisusu, sebuah ritual yang kita banggakan setiap tahun. Dan seluruh masyarakat antusias untuk menyaksikan apa yang dilaksanakan setiap tahun,” ujarnya.
Ia mengungkapkan budaya seperti ini akan dikemas lebih moderat dan dinamis, sehingga ke depannya dikembangkan sesuai dengan kondisi sekarang ini.
“Saya tau persis acara seperti ini setiap tahunnya sudah seperti ini, materinya seperti ini. Mungkin ke depannya lebih moderat lebih dinamis. Secara perlahan-lahan kita akan kembangkan sesuai dengan kondisi sekarang ini. Budaya itu, cipta, rasa dan karsa manusia sehingga bisa berubah-ubah. Saya salut bahwa kita tetap menjujung tinggi nilai-nilai budaya,” ungkapnya.
“Saya kira budaya itu harus berpengaruh dengan kehidupan sosial ekonomi, terhadap kehidupan kita beragama. Karena budaya kita ini atasi dengan nilai-nilai agama, itu tidak bisa dipungkiri,” kata Ridwan menambahkan.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Butur, Harlin Hari, menerangkan Poriwanga Lipu kali ini dilaksanakan usai Salat Ied.
Tujuannya adalah untuk melestarikan, menjaga dan merawat budaya Kulisusu dari dulu hingga kini, agar tetap terwariskan dari setiap generasi ke generasi selanjutnya.
Laporan: Ardian Saban
Discussion about this post