SULTRA.KABARDAERAH.COM – Kelompok petani rumput laut Pokdakan Satu Hati di Desa Liya One Melangka, Kecamatan Wangiwangi Selatan (Wangsel), Kabupaten Wakatobi, panen bibit rumput laut Eucheuma Cottonii.
Rumput laut yang berhasil dikembangkan tersebut merupakan bantuan Kementerian Kelautan Perikanan (KKP), hasil kultur jaringan Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar yang didatangkan pada bulan Juni lalu, sebanyak 40 kilogram (Kg). Bantuan bibit itu berhasil dikembangkan menjadi 1,3 ton dalam waktu 84 hari.
Sahrul Waliwangko, selaku Ketua Kelompok Pokdakan Satu Hati menyebutkan, sebelum menghasilkan 1,3 ton rumput laut, kelompoknya membudidayakan bibit sebanyak 40 kg bantuan KKP.
Dalam kurun waktu 28 hari, bibit itu dipanen dan hasil panennya kemudian dikembangkan lagi. Dalam jangka waktu yang sama mendapat hasil yang cukup memuaskan sebanyak 1,3 ton.
Dikatakan Sahrul Waliwangko, bibit bantuan ini tergolong cepat perkembangannya dalam waktu 28 hari.
Hasil panen 1,3 ton tersebut, kata Sahrul, belum akan dikeringkan untuk dijual. Mereka masih akan mengembangkannya lagi. Setelah banyak hasilnya, barulah kemudian akan dijual ke petani lain di wilayah setempat untuk dijadikan bibit karena dinilai memiliki kualitas yang bagus.
Sahrul Waliwangko melanjutkan, di samping keberhasilan mereka dalam mengembangkan bibit Eucheuma Cottonii, kelompoknya masih terkendala dari sisi sarana dan prasarana, seperti tali, perahu dan mesin.
“Kepada Pemda kami minta agar bisa memberikan kami bantuan tali, dengan ukuran 4 dan 3 mil, perahu dan mesin. Jelas itu akan sangat membantu kami. Karena jarak lokasi budidaya sangat jauh, sehingga butuh sarana yang memadai,” kata Sahrul, Selasa, (30/8/2022).
Bupati Wakatobi, Haliana, mengungkapkan penetapan Desa Liya Bahari sebagai kampung budidaya rumput laut jenis Eucheuma Cottoni, oleh Menteri KKP Wahyu Trenggono belum lama ini akan memudahkan masyarakat Wakatobi mendapatkan bibit, karena menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah untuk mendatangkan bibit kultur jaringan yang berkualitas.
Ia berharap, bibit rumput laut Eucheuma Cottoni kultur jaringan bisa dikembangkan dengan baik oleh petani di wilayah Desa Liya Raya, supaya bisa menjadi supplier ke Pulau Kaledupa dan Pulau Tomia. Dengan harapan, kawasan budidaya seluas 56.000 se-Wakatobi bisa termanfaatkan.
“Kalau penuh dengan Eucheuma Cottonii bayangkan saja berapa penghasilan petani dalam satu tahun jika di kali dengan harga Rp25 ribu sampai Rp40 ribu per kilogram. Sektor perikanan kita sangat memprioritaskan budidaya rumput laut, udang serta perikanan tangkap yang sementara kita genjot,” jelas Haliana.
Politisi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan itu lebih lanjut menjelaskan, dalam mewujudkan visi misi Kabupaten Wakatobi di era pemerintahan lima tahun ke depan, sektor perikanan budidaya merupakan salah satu program unggulan yang diprioritaskan. Menurutnya, hal demikian tidak terlepas dari upaya Pemda Wakatobi, dalam mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama petani rumput laut.
Pemerintah daerah (Pemda) Wakatobi
melalui Dinas Kelautan Perikanan (DKP) juga terus mendorong supaya petani rumput laut dan nelayan dapat membentuk kelompok, melalui pendamping penyuluh perikanan yang ditugaskan setiap desa/kelurahan, agar memudahkan mendapatkan bantuan dari KKP maupun DKP.
Discussion about this post