SULTRA.KABARDAERAH.COM –
Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra) menyalurkan bantuan bibit rumput laut jenis Cottonii di kepada masyarakat setempat.
Bantuan itu diterima, pasca soft launching Kampung Budidaya Rumput Laut di Desa Liya Bahari, Kecamatan Wangiwangi Selatan (Wangsel) oleh Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono bersama Bupati Wakatobi Haliana, pada rangkaian kunjungan kerja Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) bulan Juni 2022 lalu.
Pada soft launching itu, KKP memberikan bantuan lima paket kebun bibit serta sarana budidaya meliputi tali, pelampung, dan bibit hasil kultur jaringan. Bantuan akan terus ditambah sehingga target perluasan area budidaya menjadi 450 hektare pada 2023 bisa terealisasi.
Ditetapkannya Desa Liya Bahari sebagai kampung budidaya rumput laut, kini dinikmati oleh empat kelompok pembudidaya dari tiga desa di wilayah itu.
Empat kelompok itu yakni Kelompok nelayan Satu Hati, Tunas Mekar, Lakantara, dan Sumber Aga yang berasal dari Desa Liya One Melangka, Desa Liya Mawi, dan Desa Liya Togo. Masing-masing kelompok menerima empat paket bantuan untuk empat kelompok dari total bantuan bibit rumput laut sekira 1,6 ton.
Kepala bidang (Kabid) Usaha Perikanan Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Wakatobi, Ode Masnur mengatakan, paket kebun bibit rumput laut tersebut sumber bantuannya dari balai besar perikanan budidaya laut di Lampung.
“Alhamdulillah, mereka langsung mendistribusikan bantuan ke sini. Yang dibawa dikemas dalam box ikan sebanyak 68 box. Kalau ditotalkan beratnya sekira 1,6 ton semua bibit jenis Cottonii. Selama ini dominan mereka membudidaya Spinossum. Teman-teman dari balai kalau ada bantuan kita minta jenis Cottonii, karena jenis itu cocok juga untuk perairan kita,” kata Ode Masnur saat ditemui di kantornya, kompleks perkantoran Motika, Senin (1/8/2022).
Bantuan 1,6 ton itu terbagi dalam empat paket bantuan untuk empat kelompok. Masing-masing kelompok mendapat jatah bervariasi, karena ada yang keanggotaannya berjumlah 10 sampai 13 orang. Masing-masing kelompok menerima 17 box.
Ode Masnur lebih lanjut menjelaskan, tantangan berat dari bantuan tersebut adalah monitoring pasca bantuan diberikan, seperti apa nanti efeknya terhadap kelompok penerima bantuan.
Pasca serah terima bantuan, lanjutnya, kelompok budidaya langsung mengikat, kemudian dibawa ke laut agar bibitnya tidak rusak. Selanjutnya dilakukan monitoring, apakah langsung dipasang di lokasi budidaya atau belum.
“Alhamdulillah dari empat kelompok yang kita distribusi itu mereka sudah pasang. Makanya kami di DKP khususnya di bidang budidaya selalu bersama-sama teman-teman penyuluh untuk pendampingan. Di wilayah Wangsel ada beberapa penyuluh yang kita libatkan,” jelasnya.
“Utamanya yang kita memantau sekarang ini adalah pertumbuhan Cottonii itu, dan itu juga yang disampaikan oleh rekan-rekan dari balai besar lampung agar dilakukan monitoring. Sehingga langsung kita lakukan monitoring langsung dengan rekan-rekan balai,” lanjutnya.
Pemda Wakatobi berharap, dari setiap bantuan yang distribusi dapat dimaksimalkan oleh kelompok budidaya, dengan memelihara dan melakukan perawatan dengan baik.
“Di satu sisi juga memberikan efek terhadap kehidupan ekonomi mereka. Karena dulu, untuk mendapatkan bibit Cottonii mereka harus beli,” tuturnya. (cw1)
Discussion about this post