SULTRA.KABARDAERAH.COM – Duet Kepemimpinam pasangan Ali Mazi – Lukman Abunawas (AMAN) periode 2018-2023 mengusung visi “Terwujudnya Sulawesi Tenggara yang Aman, Maju, Sejahtera dan Bermartabat”. Untuk menyukseskan visi tersebut, berbagai kebijakan dan program pembangunan daerah terus konsen dilaksanakan. Pada saat yang bersamaan, sinergitas dan kemitraan harmonis dengan seluruh stakeholder juga sangat diperlukan.
Salah satunya adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sultra. Dimana, keberadaannya dinilai telah mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik, khususnya dalam pembinaan dan pelayanan umat untuk mewujudkan kehidupan yang rukun dan damai, tidak saja bagi internal umat Islam tetapi juga antar umat beragama.
Pada Musyawarah Daerah (Musda) VI MUI Sultra Jumat (22/1/2021) lalu, Gubernur Ali Mazi mengawali sambutannya dengan menyampaikan sebuah hadits Nabi Muhamamd SAW yang menjelaskan bahwa tegaknya dunia melalui empat perkara, yaitu ilmunya ulama, adilnya pemimpin, kedermawanan orang kaya, dan doanya fakir miskin.
Hal ini mengisyaratkan bahwa ulama merupakan sosok yang memiliki kapasitas keilmuan yang mumpuni, serta integritas keimanan dan ketakwaan yang kokoh. Dengan demikian, ulama memiliki peran yang sangat penting dan strategis, baik dalam konteks hubungan dengan Allah SWT maupun dengan manusia.
Melalui musda itu, Gubernur berharap MUI Sultra sukses menyatukan pikiran dan pendapat di antara peserta, serta mensinergikan langkah bersama dalam rangka meneguhkan eksistensi dan peran kelembagaan MUI di daerah ini. Sehingga dapat menjadi bagian penting dalam upaya mewujudkan Sultra yang aman, maju, sejahtera, dan bermartabat secara berkelanjutan.
“Selain itu, saya juga berharap sinergitas dan kemitraan harmonis yang telah dibangun selama ini dengan berbagai elemen dapat dipertahankan dan dilanjutkan di masa yang akan datang,” tutur Ali Mazi.
Musda dengan tema “Meningkatkan Peran MUI dalam Memasyarakatkan Islam Wasathiyah dan Toleran” itu berlangsung selama tiga hari yang diikuti perwakilan pimpinan MUI se-Sultra secara terbatas. Agenda utama Musda adalah memilih pengurus baru periode 2021-2026.
“Di sela-sela musda ini, kita juga akan mendialogkan isu-isu strategis seputar Islam Wasathiyah dan toleran melalui pembangunan berbasis spiritual di Sultra, bersama narasumber pilihan, yakni Kapolda, Kabinda, Ketua DPRD, Kakanwil Kemenag, Ketua Pimpinan Wilayah NU, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, dan Walikota Kendari,” jelas Zainal.
Sedangkan Ketua MUI Sultra Periode 2016-2021 KH. Mursidin dalam sambutannya mengungkapkan, sebagai forum tertinggi di lingkungan MUI, musda mempunyai arti penting tidak hanya untuk melakukan konsolidasi organisasi MUI tingkat kabupaten/kota tetapi juga melakukan penyegaran pengurus MUI Sultra dengan semangat baru.
Terkait dengan tema musda yang diusung kali ini, Ketua MUI Sultra berpandangan bahwa pengarustutamaan Islam Wasathiyah di Sultra, yang merupakan misi utama dakwah MUI, masih tetap relevan untuk terus disampaikan kepada umat Islam agar dapat dipahami dan diyakini.
Islam Wasathiyah adalah Islam dengan pemikiran yang berada di tengah-tengah.
Sementara itu, Ketua Dewan Pertimbangan MUI Prof. Abdullah Alhadza mengungkapkan, dalam kurun waktu lima tahun mendatang, ada empat hal yang akan diperjuangkan MUI.
Pertama, Sultra yang adil, dimana keadilannya bisa dinikmati oleh segenap elemen masyarakat dan oleh setiap strata sosial. Kedua, Sultra yang makmur, dimana rakyatnya yang asketis (hidup sederhana) dan relijius, bukan yang hidup glamour dan hedonis.
Ketiga, Sultra yang aman, dimana rakyatnya tulus berpartisipasi mengawal kedamaian daerah dan keutuhan NKRI. Dan keempat, Sultra yang sejahtera, dimana masyarakatnya senantiasa mengekspresikan kerinduan spiritual. (Adv)
Discussion about this post