SULTRA.KABARDAERAH.COM – Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia (Kemendesa PDTT) bersama PT. INACOM, mengadakan sosialisasi pengembangan dan pemasaran kopra putih di Kabupaten Buton Utara (Butur) Sulawesi Tenggara (Sultra), Jumat (14/2/2020).
Kegiatan ini, merupakan tindak lanjut pertemuan antara Pemkab Butur dengan Kemendes PDTT, awal Januari 2020 lalu.
Kelapa di Butur, dinilai cukup potensial untuk dikembangkan. Data dari Pemda setempat, luas tanamnya mencapai kurang lebih 6000 Hektare (Ha). Sayang, pemasaran dan harga jual kopra yang anjlok, membuat petani kelapa menjadi lesu.
Grace Meyanti Putri, pemateri dari Direktorat Pengembangan Ekonomi Lokal Kemendesa PDTT, hadir memberikan “angin segar” bagi petani kelapa.
Dia mengatakan, jika dulu pihaknya gencar membantu petani dengan bibit, alat pertanian dan lain sebagainya. Sejak tahun 2018, kebijakan tersebut berubah dan mulai fokus pada pengembangan dan pengolahan pasca panen. Salah satu diantaranya komoditas kelapa.
“Kami tidak lagi memberikan bantuan dalam bentuk kelapa maupun alat-alat, pupuk dan sebagainya. Tetapi kami memberikan bantuan alat pengolahan kopra beserta mitra. Mitra di sini artinya pasar yang kami bawakan,” ungkap Grace saat pemaparan materi di Aula Bappeda Butur, Jumat (14/2/2020).
Grace menambahkan, pihaknya terus bergerak menggandeng para startup seperti PT. INACOM, untuk membantu peningkatan perekonomian lokal. Komoditas yang digarap, tergantung potensi daerahnya masing-masing.
Selain kelapa, lanjutnya, komoditas di Butur yang dianggap potensial masih banyak. Startup mitra Kemendesa yang akan mengembangkan pun sudah ada. Namun, kali ini, pihaknya masih fokus di kopra putih.
Grace juga mengaku, sudah mengunjungi beberapa green house (penjemuran kopra putih) di Butur. Di lapangan, dia masih menjumpai sulitnya akses jaringan telekomunikasi dan kondisi jalan yang kurang bagus, termasuk fasilitas umum yang tidak termanfaatkan secara maksimal.
Untuk memancing riak perputaran ekomomi dan kemudahan akses pasar melalui internet, dia menyarankan kepada pemda setempat, agar beberapa poin tersebut diperhatikan.
Bupati Butur, Abu Hasan, menuturkan hadirnya PT. INACOM sebagai upaya dalam meningkatkan kesehateraan masyarakat. Anjloknya harga kopra yang kerap dikeluhkan warganya selama ini, dia berharap bisa terjawab.
Rencananya, kopra putih ini akan ditampung di tiap-tiap Bumdes di Butur. Setelah itu, pihak perusahaan akan mengambilnya dari Bumdes.
“Ini akan kita kembangkan secara masif di Buton Utara,” ujar Abu Hasan.
Utusan PT. INACOM, Biwi Suwito, menjelaskan perusahaannya adalah salah satu startup yang aktif mengembangkan dan mengekspor berbagai komoditi lokal. Melihat potensi kelapa di Butur, dia pun optimis, daerah tersebut bisa menambah kuota pasokan komoditas di perusahaannya.
“Di Buton Utara, kita nanti fokus di kopra putih industri. Jadi, bolong boleh, pecah sedikit boleh, ukuran diameternya lebih dari 9 Cm boleh. Kita mengambil yang mudah sesuai dengan bahan baku yang ada di Buton Utara,” ujarnya.
“Kita target ekspornya nanti bulan Maret,” Biwi menambahkan.
Lanjut Biwi, petani kelapa tak perlu ragu mengembangkan kopra putih industri. Soal pasar, pihaknya mengaku siap untuk menampung. Untuk saat ini, pihaknya bersedia membeli dengan harga di kisaran Rp 8.000 an.
“INACOM, berapapun yang bisa diproduksi di sini, kami siap membelinya,” tandasnya.
Sosialisasi ini, hadir Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, para camat, kepala desa, Badan Permusyawaratan Desa termasuk pengurus Badan Usaha Milik Desa.
Ketua BUMDes Koepisino, Atuma, menyambut baik hadirnya PT. INACOM dalam rangka pengembangan dan pemasaran kopra putih. Menurutnya, hal itu membuka peluang bagi petani kelapa termasuk Bumdes dalam meningkatkan ekonomi di desa.
Meski begitu, dia juga berharap, langkah tersebut perlu dibarengi dengan pendampingan. Tujuannya, agar para petani kelapa bisa menghasilkan kopra putih industri yang sesuai dengan standar dan kriteria yang diinginkan perusahaan.
“Khawatirnya, jangan sampai kami membeli dengan harga kopra putih, tetapi produknya ternyata tidak sesuai dengan kriteria perusahaan. Misal, setelah dipanaskan hasilnya malah masuk kategori kopra hitam, harganya pasti lebih murah dan Bumdes bisa rugi,” ungkapnya ditemui usai sosialisasi.
Irsan R.